Thursday, June 25, 2015

Sistem Saraf Otonom(SSO)


I.Tujuan
1. Untuk dapat mempunyai keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas kolinergik dan antikolinergik suatu obat pada hewan percobaan.
2. Untuk dapat memahami efek berbagai obat sistem saraf otonom dalam pengendalian fungsi atau aktivitas organ viseral tubuh.
3. Untuk dapat mengetahui efek dan mekanisme dari obat-obat sistem saraf otonom terutama pada sistem saraf parasimpatik.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara parasimpatomimetik dan parasimpatolitik.
5. Untuk mengetahui persen inhibisi salivasi berdasarkan diameter bercak saliva untuk setiap kelompok mencit.
II. Pendahuluan
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. Di dalam sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion (Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga. Diakses tanggal 14 Oktober 2010).
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu (Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga. Diakses tanggal 14 Oktober 2010).
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. Selain itu, fungsi saraf otonom pada sistem saraf simpatik, diantaranya sebagai berikut :
1.memperbesar pupil.
2.menghambat aliran ludah.
3.mempercepat denyut jantung.
4.mengecilkan bronkus.
5.menghambat sekresi kelenjar pencernaan.
6.menghambat kontraksi kandung kemih.
Sedangkan, fungsi saraf otonom pada sistem saraf parasimpatik, diantaranya sebagai berikut :
1.mengecilkan pupil.
2.menstimulasi aliran ludah.
3.memperlambat denyut jantung.
4.membesarkan bronkus.
5.menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan.
6.mengerutkan kantung kemih (Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga. Diakses tanggal 14 Oktober 2010).
Kelenjar saliva merupakan salah satu kelenjar dalam sistem pencernaan yang akan meningkat aktivitasnya jika distimulasi oleh sistem saraf parasimpatik atau oleh obat-obat parasimpatomimetik. Tetapi sebaliknya, jika diberikaan obat-obat yang aktivitasnya berlawanan dengan sistem parasimpatik atau bersifat parasimpatolitik, maka aktivitas kelenjar saliva akan menurun.
III.Daftar Pustaka
1. Achmad.S. A. 1989. Analisis Metabolit Sekunder. UGM press. yogyakarta. Diakses tanggal 14 Oktober 2010.
2. Anonimus, 1995:790. Diakses tanggal 16 Oktober 2010.
3. Anonim, 2006. Knowledge Antomi. Progam animasi anatomi. Diakses tanggal 14 Oktober 2010.
4. Amrun Hidayat. M. 2005. Alkaloid Turunan Triptofan. Diakses tanggal 14 Oktober 2010.
5. Betram. G. katzung. 2004. Farmakologi dasar dan klinik. EGC. Jakarta. Diakses tanggal 14 Oktober 2010.
6. Jay,than hoon dan kirana,raharja. 2002. Obat-obat penting. Gramedia Jakarta. Diakses tanggal 15 Oktober 2010.
7. Mursyidi, achmad. 1989. Analisis metabolit sekunder. UGM. Yogyakarta. Diakses tanggal 14 oktober 2010.
8. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. 2002. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. Diakses tanggal 15 Oktober 2010.
9. Pratiwi, DA.1996. Biologi 2. Jakarta. Erlangga. Diakses tanggal 14 Oktober 2010.

No comments:

Post a Comment