Thursday, June 25, 2015

Akrilamida


   Akrilamida adalah salah satu bahan organic yang biasa digunakan manusia dalam kehidupan  sehari-hari, untuk memproduksi plastik dan bahan pewarna. Zat ini juga biasa digunakan untuk menjernihkan air minum. Sejak tahun 1950, akrilamida diproduksi dengan cara hidrasi krilonitril dan terdapat dalam bentuk monomer sedang poliakrilamida ada dalam bentuk polimer.   


Gambar : struktur akrilamida 

   Akrilamida (CH2=CHCONH2) merupakan senyawa kimia berwarna putih, tidak berbau, berbentuk kristal padat yang sangat mudah larut dalam air dan mudah bereaksi melalui reaksi amida atau ikatan rangkapnya. Monomernya cepat berpolimerisasi pada titik leburnya atau di bawah sinar ultraviolet. Akrilamida dalam larutan bersifat stabil pada suhu kamar dan tidak berpolimerisasi secara spontan. Akrilamida terdistribusi dengan baik dalam air karena kelarutannya yang tinggi dalam air, dengan aktivitas mikroba yang rendah. 
   Sifat Farmakokinetika : Akrilamida Absorbsi dari akrilamida melalui saluran pernafasan, saluran cerna dan kulit. Pada pendistribusiannya, akrilamida terdapat dalam kompartemen sistem tubuh dan dapat menembus selaput plasenta. Berdasarkan percobaan pada hewan, akrilamida diekskresikan dalam jumlah besar melalui urin dan empedu sebagai metabolitnya. Data-data farmakokinetika akrilamida pada manusia masih sedikit, namun antara manusia dan hewan mamalia belum terdapat data yang dengan pasti menunjukkan perbedaan dari keduanya. Karena, dosis yang telah menyebabkan kanker pada hewan ternyata sedikitnya seribu kali lipat lebih dari jumlah akrilamida yang bisa terdapat pada sumber-sumber makanan kita. Bahkan kopi yang menyumbangkan separuh asupan akrilamida, belum pernah ditemukan kaitannya dengan timbulnya berbagai macam kanker pada peminumnya.
   Akrilamida bersifat iritan dan toksik. Efek lokal berupa iritasi pada kulit, dan membran mukosa. Iritasi lokal pada kulit ditunjukkan dengan melepuhnya kulit disertai dengan warna kebiruan pada tangan dan kaki, efek sistemik berhubungan dengan paralisis susunan saraf pusat, tepi, dan otonom sehingga dapat terjadi kelelahan, pusing, mengantuk, dan kesulitan dalam mengingat. Berdasarkan uji klinis, ditunjukkan bahwa paparan akut dosis tinggi akrilamida memicu tanda-tanda dan gejala gangguan saraf pusat, sedangkan paparan akrilamida dalam jangka waktu yang lama dengan dosis yang lebih kecil dapat memicu gangguan pada sistem saraf tepi. Setelah paparan terhadap akrilamida dihentikan, gangguan-gangguan tersebut dapat berkurang, tetapi dapat bertahan hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

No comments:

Post a Comment