Thursday, June 25, 2015

Efek Lokal Obat (PENGUJIAN EFEK ANESTETIKA LOKAL)

Efek Lokal Obat (PENGUJIAN EFEK ANESTETIKA LOKAL)

I. Tujuan percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan:
1.Mengtahui aktivitas anestetika lokal suatu obat.
2.Mengetahui gejala-gejala terjadinya anestetika lokal yang ditimbulkan oleh anestetika lokal permukaan.
3.Membandingkan kepekaan pada lengan yang diolesi air dan lengan yang diolesi lidokain
II. Pendahuluan
Obat bius lokal/anestesi lokal atau yang sering disebut pemati rasa adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Obat bius lokal bekerja merintangi secara bolak-balik penerusan impuls-impuls saraf ke Susunan Saraf Pusat (SSP) dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau rasa dingin. Obat bius lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Disamping itu, anestesia lokal mengganggu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi/transmisi dari beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap SSP, ganglia otonom, cabang-cabang neuromuskular dan semua jaringan otot.4
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut :
1.Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai prototip.
2.Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain.
3.Lainnya
Contohnya fenol, benzilalkohol, etilklorida, cryofluoran.
Menurut cara pemakaian anestesi lokal dibedakan menjadi: 2
1.Anestesi permukaan.
Anestetika local digunakan pada mukosa atau permukaan luka dan dari sana berdifusi ke organ akhir sensorik dan ke percabangan saraf terminal. Pada epidermis yang utuh (tidak terluka) maka anestetika local hampir tidak bekhasiat karena tidak mampu menembus lapisan tanduk.
2.Anestesi Infiltrasi.
Anestetika local disuntikkan ke dalam jaringan, termasuk juga diisikan ke dalam jaringan. Dengan demikian selain organ ujung sensorik, juga batang-batang saraf kecil dihambat.
3.Anestesi Konduksi
Anestetika local disuntikkan di sekitar saraf tertentu yang dituju dan hantaran rangsang pada tempat ini diputuskan. Bentuk khusus dari anestesi konduksi ini adalah anestesi spinal, anestesi peridural, dan anestesi paravertebral.
4.Anestesi Regional Intravena dalam daerah anggota badan
Sebelum penyuntikan anestetika local, aliran darah ke dalam dan ke luar dihentikan dengan mengikat dengan ban pengukur tekanan darah dan selanjutnya anestetika local yang disuntikkan berdifusi ke luar dari vena dan menuju ke jaringan di sekitarnya dan dalam waktu 10-15 menit menimbulkan anestesi.
Salah satu obat anastetika local dari golongan amida. Lidokain terdiri dari satu gugus lipofilik (biasanya merupakan suatu cincin aromatik) yang dihubungkan suatu rantai perantara (jenis amid) dengan suatu gugus yang mudah mengion (amin tersier). Dalam penerapan terapeutik, mereka umumnya disediakan dalam bentuk garam agar lebih mudah larut dan stabil. Didalam tubuh mereka biasanya dalam bentuk basa tak bermuatan atau sebagai suatu kation. Perbandingan relative dari dua bentuk ini ditentukan oleh harga pKa nya dan pH cairan tubuh, sesuai dengan persamaan Henderson-Hasselbalch.3
Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap prokain dan juga epinefrin. Biasanya Lidokain digunakan untuk anestesi permukaan dalam bentuk salep, krim dan gel. Efek samping Lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP misalnya kantuk, pusing, paraestesia, gangguan mental, koma, dan seizure.
III. Daftar Pustaka
1.Cousins MJ, Bridenbaugh PO. Clinical Pharmacology of Local Anesthetic Agents, Neural Blockade in: Covino BG, wildsmith, editors. Clinical Anethesia and Management of Pain 3rd ed. Philadelphia, New York, Lippincott-Raven, p105-21.
2.Mutschler. E. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, terjemahan M. B. widianto dan A. S. Ranti, Penerbit ITB, Bandung. Hal 223
3.Stoelting RK, Hillier SC. Local Anesthetics, in : Stoelting RK, Hillier SC, editors. Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 4thed. Philadelphia, Lippincott Williams, 2006, p 182-3.

No comments:

Post a Comment